Apa
sih yang dapat diharapkan oleh mahasiswa Pendidikan Dokter Gigi tentang masalah
gigi dan rongga mulut? Oh, paling kesal itu ketika ada orang yang mengatakan
begini.
“Sibuk
kuliah ya, Fik? Jurusan apa sih?”
“Iya
nih, di Kedokteran Gigi.”
“Berapa
tahun sih kuliahnya? Lebih lama mana dengan Kedokteran Umum?”
“6
tahun kok.”
“Bukannya
Kedokteran Gigi itu hanya masalah gigi saja, Fik? Lama amat ah.”
“....”
Mungkin masih banyak yang mengira bahwa
kuliah di Kedokteran Gigi itu melulu mempelajari gigi, gigi, dan gigi.
Sampai-sampai wajah kami mirip dengan karies gigi.
Baik,
aku mahasiswa FKG, tentu saja jurusan Pendidikan Dokter Gigi, yang baru saja
masuk di semester 2, akan berbagi pengalaman selama kuliah 1 semester. Banyak
teman-teman yang bertanya, “Sebenarnya apa saja sih yang dipelajari seorang
mahasiswa FKG hingga menghabiskan banyak waktu di kampus begitu?”. Di semester
1 ini kami mahasiswa FKG Universitas Airlangga wajib menyelesaikan 20 sks yang
tersebar dalam 11 mata kuliah. Kesebelas mata kuliah tersebut adalah Agama
Islam I, Bahasa Indonesia, Anatomi I, Anatomi Praktikum I, Ilmu Faal I, Etika
Hukum dan Medikolegal, Modul I (Critical Thinking and Evidence-based
Learning), Ilmu Material Kedokteran Gigi I, Pancasila, Kewarganegaraan, dan
Filsafat Ilmu. Aku akan bahas beberapa mata kuliah saja yang masih asing atau
kurang begitu dimengerti oleh kebanyakan orang.
Tidak
perlu aku bahas untuk mata kuliah seperti Agama Islam, Bahasa Indonesia,
Pancasila, dan Kewarganegaraan. Lagipula kita juga pasti tahu seperti apa
bentuk materinya. Kemudian untuk Filsafat Ilmu itu kami belajar tentang ilmu
pengetahuan itu sendiri, belajar tentang bagaimana ilmu pengetahuan ini
berkembang di negara-negara barat (dalam filsafat barat) dan negara-negara
timur (filsafat timur). Jika dibilang mata kuliah ini susah, sebenarnya tidak
juga, kalau pun mudah, tentu aku tak perlu memeras otak untuk mengerjakan soal
ujian kemarin. Hehe.
Baik.
Aku akan membahas mata kuliah Anatomi dan Anatomi Praktikum. Meskipun 2 mata
kuliah tersebut sama-sama mengenai anatomi manusia, namun aku pribadi berpikir
bahwa Anatomi (teori) lebih sulit, bahkan berlipat-lipat sulitnya dibandingkan
dengan Anatomi Praktikum. Jadi, Anatomi Praktikum di semester 1 kemarin, kami
dituntut untuk menghafal beberapa regio (bagian) tubuh manusia, seperti regio
facei (wajah), regio colli (leher), lingual (lidah). Selain belajar anatominya,
kami juga mempelajari arteri, vena, saraf, dan bagian-bagian keseluruhan yang
ada. Dalam pembelajaran Anatomi Paktikum ini, kami menggunakan mayat manusia
yang sudah diawetkan (dalam bahasa medisnya kami menyebutnya kadaver) di Ruang
Praktikum Anatomi selama 3 jam setiap praktikum. Susahkah belajar anatomi?
Sudah tahu sendiri lah jawabannya, hehe. Untuk Anatomi (teori) kami kuliah di
ruang kelas. Kami mempelajari strukturnya (anatomi), mempelajari bagian
terkecilnya dari setiap inci tubuh manusia, mempelajari bintik dan lubang,
belajar apa sih yang ada di cekungan ini itu, lubang ini itu, apapun itu!
Buanyaaak banget yang harus dihapalkan. Tentu saja! Tapi dengan keseruan mata
kuliah ini, kami jadi banyak menyadari ternyata kekuasaan Allah memang begitu
sempurna dengan diciptakannya manusia dengan isi tubuh yang sangat rumit dan
terstruktur secara sempurna. Hanya kalimat “Subhanallah” yang bisa terlantun
ketika dokter kami menjelaskan materinya.
Kemudian
ada mata kuliah Ilmu Faal atau biasa disebut dengan Fisiologi Kedokteran. Sebagai
gambaran saja, mata kuliah ini seperti mata pelajaran Biologi waktu SMA dulu.
Yah, kami juga mempelajari sistem kardiovaskular, sistem pernapasan, sistem
gastrointestinal, dan sistem-sistem fisiologis lainnya, yang membedakan adalah
materi tersebut kami pelajari sedalam mungkin baik secara anatomis, fisiologis,
maupun patofisiologis. Iya tentu saja hapalannya sangat banyak, bukunya saja
segede bantal. Mata kuliah ini sebenarnya seru, dan memancing kami untuk terus
mengatakan “Bagaimana itu bisa terjadi?” atau “Kok bisa sih begitu?” atau
mungkin “Ya Allah, begitu rumit, terus itu bagaimana sih?”, atau paling umum
itu ya hanya “Oh begitu”. Apa saja sih dipelajari? Misalnya ketika SMA kita belajar
bagaimana jantung memompa, melalui apa, kemudian kemana. Di FKG juga
mempelajari begitu kok, hanya saja kami juga mempelajari bagaimana kok jantung
bisa berdetak, kok otot jantung bisa berkontraksi dan berelaksasi secara
bergantian, kok bisa begini, kok bisa begitu, ah entahlah gelap!
Tidak
lupa juga ada mata kuliah Etika Hukum dan Medikolegal a.k.a Etika Kedokteran
atau nama bekennya Ethum. Kalau secara pribadi aku kurang begitu tertarik
dengan mata kuliah satu ini. Kami harus menghapal pasal-pasal dalam peraturan
kedokteran maupun kedokteran gigi, serta kasus-kasus dalam bidang kedokteran
seperti malpraktik, dan semacamnya. Namun meskipun begitu, sebagai seorang
calon dokter dan dokter gigi sudah menjadi kewajiban untuk mengetahui dan
memahami etika dalam kedoktera, bukankah begitu?
Modul,
begitulah kami menamai mata kuliah Modul I Critical Thinking and
Evidence-based Learning. Aku paling suka dengan mata kuliah ini. Kenapa?
Selain karena mata kuliah ini melatih kami dalam berpikir kritis akan suatu
kasus penyakit, mata kuliah ini mengharuskan kami mencoba mendiagnosis suatu
penyakit berdasarkan sebuah kasus. Di semester 1 kemarin Modul I ini
mengharuskan kami mendiagnosis sebuah kasus karies dan gingivitis (jika kalian
penasaran apa itu, bisa langsung cek di internet ya, guys). Selama satu
semester itu kami mencari tahu apa penyebab orang dalam kasus itu terkena
penyakit tersebut, tentu saja harus berdasarkan bukti yang nyata. Kemudian
mendiskusikannya dalam kelas PBL (Problem Based Learning) yang hanya
terdiri dari sekitar 14 mahasiswa. Mencoba mendiagnosis. Mencoba menghubungkan
dengan kebiasaan buruk dan baik dari orang yang ada di dalam kasus tersebut.
Dan setelah menyelesaikannya dalam satu semester, kami baru mempresentasikannya
di dalam kelas besar yang terdiri dari 160 mahasiswa (satu angkatan).
Mata
kuliah paling.... apalah, Ilmu Material Kedokteran Gigi alias Dental Material
atau nama kerennya IMKG. Adalah sebuah mata kuliah yang menuntut mahasiswanya untuk memahami seluruh
material atau bahan yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi. Maksudnya
adalah bahan-bahan yang digunakan dalam pencetakan gigi, pembuatan model gigi,
pembuatan model kerja gigi, semua jenis penambalan gigi, pembuatan gigi tiruan
(bukan gigi palsu ya, rek), dan seabreg jenis produk kedokteran gigi. Selain
mempelajari bahannya, kami juga dituntut untuk bisa memilih mana bahan yang
tepat untuk digunakan dalam kasus A, kasus B, atau kasus C. Tidak asal pilih
bahan ya, bisa-bisa gusi pasiennya jadi terinfeksi, muncul kanker, alergi, dan
lain sebagainya. Selain itu, kami juga belajar apa saja sih kandungan dari
bahan-bahan kedokteran gigi itu, apa saja zat kimia di dalamnya, bagaimana
proses reaksi kimia yang terjadi, dan bertumpuk-tumpuk materi yang membuat kami
tergila-gila, eh maksudnya gila gara-gara mata kuliah satu ini. Fyi, mata
kuliah ini juga di kelas PBL loh, yanga tiap kelasnya hanya belasan anak.
Nah,
bagaimana? Sudah tahu kan gambaran perkuliahan di semester 1 mahasiswa
Pendidikan Dokter Gigi? Jadi kesimpulannya bahwa kuliah di FKG itu tidak melulu
soal gigi dan rongga mulut. Masih banyak ilmu-ilmu kedokteran umum maupun gigi
yang harus kami pelajari. Mulai semester 2 ini, bakalan banyak sekali ilmu-ilmu
baru yang bakal aku dapatkan. Karena apa? Dokter dan dokter gigi itu sama-sama
dokter kan? Makanya harus pintar baik di bidang kedokteran umum dan sudah pasti
kedokteran gigi. Meskipun pada akhirnya calon dokter gigi ini akan bekerja
ditemani pasangan hidup, eh bukan, maksudku ditemani dental chair. Hehe.
Jika
kalian ada pertanyaan, please, jangan malu, jangan takut, jangan
sungkan, jangan enggan, jangan apapun itu, untuk bertanya ke aku. Santai saja, I’m
a friendly person kok. Terima kasih banyak ya guys yang sudah membaca.
Sampai jumpa di postingan aku di semester 2 ini ya! Tunggu pengalamanku
selanjutnya, guys!
Yogyakarta, 25 Januari 2018